A. Kiai Ageng Pamanahan
Ki Ageng Pamanahan
(Bagus Kacung) adalah anak dari Kiai Gede Ngenis dari sela. Diberi nama
Pamenahan sesuai dengan daerah yang dikuasakanya kepada pajang yakni di
Manahan, sebelah barat solo. Ki Ageng Pamananahan ini mendapatkan hadiah dari
Raja pajang yang membuat sayembara jika siapa saja yang bisa membunuh Aria
Penangsang (Raja Jipang) maka dia akan dihadiahkan tanah Pati dan Mataram. Ki
Ageng Pamanahan ini bersama Ki Panjawi menawarkan diri untuk membunuh Aria
Penangsang dan berhasil membunuh Aria Penangsang dengan Nasihat Ki Juru Martani
serta dibantu oleh Sutawijaya. Karena kerendahan hati Ki Ageng Pamenahan ia
lebih memilih mataram yang dulunya hutan untuk dibangunkan suatu kerajaan.
Sedangkan Ki Panjawi memilih Pati.
Pembangunan
kerajaan mataram ini juga dibantu oleh Ratu kalinyamat (janda pangeran
kalinyamat dari Jepara) yang sangat kaya raya. Awalnya Raja Mataram (Sultan
hadiwijaya) agak berberat hati karena Ramalan Sunan Giri bahwa kelak keturunan
Ki Ageng Pamanahan akan dapat menjadi pengausa besar bahkan Pajang dan Giri
sekalipun akan tunduk terhadap Mataram. Pusat Kerajaan Mataram ini berada di
Mentaok. Seiring Berjalanya Waktu, Nama Ki Ageng Pamanahan mendapat gelar Ki
Gede Mataram karena bukti kesetiaanya pada kerajaan Pajang. Ki Ageng Mataram sudah berjanji kepada Sultan
Hadiwijaya untuk tidak menjadi Raja Mataram, maka semasa hidupnya ia selalu
taat kepada raja Pajang sebagai bawahannya. Pada tahun 1584 Ki Ageng Mataram
wafat dan dimakamkan di kota Gede. (Nurhajarini, dkk, 1999:59-61).
B. Panembahan Senapati (Sutawijaya)
Setelah wafatnya
Ki Gede Mataram, ia digantikan oleh Bagus Srubut / senapati Ingalaga /
Sutawijaya pada masa mudanya bergelar Ngabehi loring Pasar ia adalah menantu
Sultan Pajang atau Sultan Hadiwijaya.( Sejarah Nasional Indonesi III, 2010:56).
Atas anjuran Sultan Pajang Senapati menjadi Raja Kerajaan Mataram. Dapat
dikatakan bahwa pada masa Panembahan Senapat ini adalah masa dimana masa awal
kebangkitan Kerajaan Mataram Islam. Panembahan Senapati adalah anak dari Ki
Ageng Pamanahan.
Panembahan
senapati merupakan raja pertama Kerajaan Mataram Islam. Pada masa raja ini,
mataram yang semulanya desa mentaok ini berkembang menjadi ramai dan besar,
sehingga disebut sebagai Kota Gedhe (Kota Besar). Senapati juga ditunjuk oleh
pangeran benawa untuk memerintah kerajaan Pajang yang saat itu pangeran benawa
merasa tak kuasa, untuk menjadi adipati pajang, namun Senapati menolak.
Pada masa
Panembahan Senapati, Senapati memperluas wilayah kerajaan dari mulai Pajang, Demak,
serta melakukan peperangan terhadap daerah-daerah penting seperti
Madiun,Sebagian daerah Surabaya, Pasuruan, Kediri, Bojonegoro, Tuban, dibawah
kekuasaan Mataram. Hingga akhirnya Senapati wafat pada tahun 1523 H atau 1610 M
dan digantikan oleh Raden Mas Jolang anaknya.
Menurut Babad Tanah Djawi (H.J. DE
Graaf, 1985: 126)
Sebelum meninggal,
Raja memberi amanat kepada Jolang, putranya, untuk menggantikannya sebagai
raja, meskipun masih muda, Pelanggaran terhadap amanat ini akan terlanda amarah
Allah. Mandaraka dan Mangkubumi harus menobatkanya.
Setelah Senapati
tiga tahun menjadi raja, ia jatuh sakit dan meninggal. Ia dimakamkan disebelah
selatan masjid, di ujung kaki makam ayahnya.
C. Raden Mas Jolang ( Panembahan Anyakrawati)
Raja kedua dalam
silsilah Kerajaan Mataram Islam. Masa pemerintahan raja ini sekitar 12 tahun
(1606-1613). Raden Mas Jolang ini mendapat gelar Panembahan Anyakrawati. Raja
ini, beberapa kali melakukan serangan terhadap kerajaan-kerajaan yang ingin
melepaskan diri dari Kerajaan Mataram Islam. Juga untuk meneruskan penyerangan
yang telah dilakukan seperti ayahnya.
Tidak banyak
berita atau sumber sejarah yang mencatata tentang Raden Mas Jolang ini, hingga
akhirnya Panembahan Anyakrawati wafat pada tahun 1613 di desa Krapyak. Desa ini
merupakan desa tempat perburuhan. Raja ini mendapat gelar dan lebih dikenal
dengan Panembahan Sedo Ing Karapyak dan dimakamkan di makam Pasar Gede, dibawah
makam ayahnya.
D. Raden Mas Rangsang (Sultan Agung)
Setelah wafatnya
Raden Mas Jolang (Panembahan Anyakrawata), kemudian digantikan oleh anakanya
yakni Raden Mas Rangsang. Bisa dibilang bahwa Raden Mas Rangsang ini merupakan
Raja Ketiga. Raden Mas Rangsang merupakan putra sulung Mas Jolang. Masa
Pemerintahanya merupakan masa puncak kejayaan Kerajaan Mataram Islam.
Raden Mas Rangsang
mendapatkan Gelar Sultan Agung Senapati Ingalaga Ngabdurchman. Masa
pemerintahanya sekitar 1613-1645. Mas Rangsang lebih dikenal sebagai Sultan
Agung. Sultan Agung banyak menguasai Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sebagian Jawa
Barat. Dalam masa pemerintahanya, ia dapat menaklukan kerajaan Giri. Seperti
yang telah diramalkan oleh Sunan Giri bahwa kelak keturunan Kiai Ageng
Pamenahan akan menguasai Jawa. Dan hal tersebut dapat dibuktikan dengan
penaklukan-penaklukan dan taktik peperangan yang dilakukan Sultan Ageng ataupun
raja-raja terdahulu.
Selain kepada kerajaan-kerajaan di Jawa,
Sultan Ageng juga melakukan peperangan terhadap VOC. Dan hanya Sultan Ageng lah
yang berani melakuakn penyerangan terhadap VOC yang ingin merebut Jawa serta dianggap
membahayakan Batavia (Jakarta). Dibawah pemerintahan Sultan Ageng ini juga
Kerajaaan Mataram Islam berkembang menjadi negara Agraris. Untuk memperluas
wilayahnya, Sultan Agung cenderung melakukan politik perkawinan untuk
memperluas wilayahnya. Seperti yang dilakukan Sultan Ageng Dalam menaklukan
Pati. (Sejarah Daerah Jawa Tengah, 1978:69). Sultan Ageng wafat pada tahun 1645
dan di makamkan di Imogiri. Hanya Sultan Ageng yang dimakamkan di Imogiri.
E. Amangkurat I
Setelah Sultan
Ageng wafat digantikan oleh anaknya yag bernama Amangkurat. Amangkurat I
mendapat gelar Amangkurat Senapati Ingalaga Ngabdur Rahman Sayidin Panatagama.
Amangkurat I memindahkan pusat kerajaan dari kota Gedhe ke Kraton Plered.
Perpindahanya terjadi pada tahun 1569 tahun jawa atau 1647 M menurut Babad
Tanah Djawi.
Amangkurat I
memerintah pada tahun 1638-1677. Amangkurat I ini sifatnya berbeda dengan
ayahnya yakni Sultan Agung. Amangkurat I sangat dekat dengan VOC, yang
menyebabkan tercampurnya urusan politik kerajaan Mataram Islam. Permusuhannya
dengan Adipati Anom juga menyebabkan para tetua dan kerabat kerajaan tidak
menyukai sifat Amangkurat I. hingga akhirnya Amangkurat I meninggal pada
tanggal 10 Juli 1677 dan dimakamkan di daerah tegal Tepatnya di Telagawangi.
Dan sampat mengangkat Sunan Mataram atau Amangkurat II sebagai Penggantinya.
0 komentar:
Posting Komentar